TEKNOLOGI

Apple Kian Terpuruk, AS Ancam Bea Impor 10% untuk iPhone 

Aple jatuh pada perdagangan hari Selasa (27/11/2018) kemarin, sehari setelah Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat (AS) mungkin akan mengenakan tarif 10% untuk iPhone dan laptop buatan China.

Trump mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa orang-orang akan dengan mudah dapat menahan dampak bea masuk itu dengan sangat mudah.

Saham Apple, yang sudah turun 20% bulan ini, ditutup 0,2% lebih rendah dalam perdagangan Selasa.

Trump juga mengatakan "sangat tidak mungkin" dia akan menunda peningkatan tarif keseluruhan hingga 25% dari 10% pada awal tahun depan. Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam tiga hari pada KTT G-20.

Melansir CNBC International, produk Apple dibebaskan dari pengenaan tarif impor sebelumnya, tetapi hal itu bisa berubah ketika Trump menambahkan lagi produk made in China senilai US$267 miliar (sekitar Rp 3.878 triliun) dalam rencanan pengenaan bea masuk selanjutnya.

Analis Bernstein, Toni Sacconaghi, merinci pendapatan Apple dan mengatakan dalam acara "Squawk Box" CNBC bahwa "25% dari pendapatan Apple, sebut saja senilai US$50 miliar, akan dikenakan tarif 10% atau 25%."

Jika Trump terus menaikkan tarif impor pada barang-barang China, Sacconaghi mengatakan, pertanyaan terbesar adalah "bagaimana reaksi China?"

"Mungkinkah mereka mencoba untuk mengganggu rantai pasokan Apple dengan cara tertentu? Mungkinkah mereka tidak mengizinkan ponsel baru untuk dijual di negara ini? Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh China dan yang pada akhirnya bisa lebih menghancurkan," kata Sacconaghi.

Di tempat lain pada hari Selasa, RBC Capital Markets menurunkan target harga saham Apple menjadi US$235 per saham dan mengatakan ada "datapoints berkelanjutan di sekitar melemahnya permintaan iPhone dari rantai pasokan dan lain-lain."

"Meski saham AAPL telah terkoreksi secara substansial (turun 21% sejak perusahaan melaporkan vs laporan penurunan S&P 500 2%), kami pikir investor akan menunggu datapoints/ tingkat kebisingan untuk menstabilkan harga sebelum memulihkan namanya menjadi lebih positif," kata RBC Amit Daryanani dalam catatan untuk investor.*


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar